loading...Bahaya belajar ilmu agama tanpa guru dapat menyebabkan pemahaman yg keliru. Foto/dok tanyajawabfikih Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim dan muslimah sejak dari ayunan hingga liang lahat. Demikian pesan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin hadis lain diterangkan "Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga." Keutamaan penuntut ilmu tholabul 'ilm ini juga mendapat ganjaran mulia dari Allah. "Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi pencari ilmu karena senang dengan apa yang dilakukannya."Pertanyaannya, bagaimana jika menuntut ilmu tanpa guru? Di zaman daring dalam jaringan saat ini banyak kita temui orang-orang berlajar sendiri tanpa guru. Bahkan, baru sedikit membaca buku dan belajar lewat Youtube, sudah berani berbicara di depan publik menjelaskan tentang hukum yang sesuai pemahamannya. Bukan dari pemahaman ilmu yang dipelajarinya dari guru-gurunya sanad. Habib Quraisy Baharun dalam satu tausiyahnya mengingatkan agar ilmu agama dipelajari dengan berguru, agar tidak salah paham atau pemahamannya salah."Sering kita dengar ungkapan, barangsiapa yang belajar tanpa guru, maka setan adalah gurunya. Kalimat ini banyak ditemukan dalam kitab-kitab tasawuf dan tarekat. Ini disebabkan karena Ilmu Syari’at seperti ilmu Fiqih, Tauhid, ilmu tasawuf dan tarekat adalah ilmu yang mengajarkan cara-cara dan kaidah-kaidah seorang hamba berhubungan dengan Allah," terang Dai lulusan Hadhramaut Yaman ini. Kalimat ini diungkapkan oleh ulama tasawuf Imam Abu Yazid Al-Busthami wafat 874 Mمَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ أُسْتَاذٌ فَإِمَامُهُ الشَّيْطَانُ"Barang siapa yang tidak mempunyai guru, maka imamnya adalah setan."Sementara redaksi lain ditemukan dalam Tafsir Ruh Al-Bayan, karya Isma’il Haqqi Al-Hanafi wafat 1715 Mمَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ الشَّيْطَانُ"Barang siapa yang tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah setan."Dengan demikian, seseorang tidak bisa mengamalkan ajaran-ajaran tasawuf atau tarekat bila tanpa bimbingan guru atau mursyid. Jika tidak, maka ia akan tersesat dan kehilangan arah. Ulama Tarekat Syadziliyah Syekih Ali bin Wafa wafat 1405 M mengatakan bahwa siapa pun yang menginginkan kesempurnaan tanpa melalui guru dan pembimbing, maka ia telah salah menempuh jalan. Ulama hadis Syeikh Abdurrahman bin Yazid bin Jabir wafat 770 M berkataلَا يُؤْخَذُ الْعِلْمُ إلَّا عَمَّنْ شُهِدَ لَهُ بِطَلَبِ الْعِلْمِ"Ilmu tidak diambil kecuali dari orang yang disaksikan bahwa ia mencari ilmu bukan dari orang-orang yang tidak diketahui pernah mencari ilmu."Seseorang yang ingin mempelajari lmu dunia, maka kebutuhan untuk belajar dengan seorang guru hukumnya relatif, tergantung pada subjek pengetahuan yang Quraisy menjelaskan, untuk ilmu-ilmu non-syariat, misalnya, pendidikan modern hari ini telah menyusun sistem pendidikannya dengan tujuan peserta didik memiliki kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan. Karena itu, mereka diharuskan untuk bersekolah atau mengikuti pelatihan yang di dalamnya terdapat guru dan pelatih hingga ia dinyatakan lulus dan kompeten. Jika tidak, maka keilmuannya dalam konteks ini akan diragukan dan demikian, terkait ilmu-ilmu non-syariat ilmu-ilmu duniawi seseorang boleh mempelajarinya tanpa guru selama ilmu itu bukanlah ilmu yang membutuhkan keahlian khusus, tidak berdampak langsung pada keselamatan jiwa manusia, dan mengharuskan adanya guru atau pembimbing.
Belajarlah Agama pada Guru yang memiliki Sanad ilmu agama dari para ulama Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat, diantaranya adalah digitalisasi media cetak maupun elektronik. Perkembangan teknologi ini mempermudah segala bidang kehidupan tak terkecuali bidang agama. Proses pembelajaran agama sekarang dipermudah dengan adanya software dan hardware seperti kitab – kitab elektronik baik kitab lampau klasik ataupun kontemporer, ditemukan pula berbagai perangkat elektronik seperti perangkat untuk belajar membaca Al-Qur’an, bahasa arab dsb. Dengan kemudahan – kemudahan ini masyarakat awam pun menjadi bersemangat dalam menggali dan mempelajari agamanya. Namun seiring berjalannya waktu ada sebagian masyarakat yang menjauhi majelis – majelis ilmu dan mengatakan bahwa belajar agama tak perlu lagi berguru lewat ulama Kyai, Ustadz dsb singkatnya mereka belajar secara otodidak. Lalu Bagaimana hukumnya belajar agama tidak berguru lewat ulama Kyai ? Karena saat ini banyak bertebaran Orang yang mengaku ustad yang hanya memperoleh ilmu agama dari Buku dan internet ..??? Belajar agama lewat guru Ulama/Kyai adalah wajib hukumnya, karena mempelajari ilmu tanpa adanya seorang guru maka orang tersebut akan ngawur dan berbuat semaunya sendiri. Di bawah ini kami kutip beberapa hadist Nabi SAW dan pendapat ulama tentang pentingnya seorang guru. Telah bercerita kepada kami Abu Ashim adl-Dlahhak bin Makhlad telah mengabarkan kepada kami Al Auza’i telah bercerita kepada kami Hassan bin Athiyyah dari Abi Kabsyah dari Abdullah bin Amru bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah apa yang kalian dengar dari Bani Isra’il dan itu tidak apa dosa. Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” HR Bukhari 3202 Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh didengar dari guru-guru sebelumnya disampaikan secara turun temurun sampai kepada rasulullah saw. Kita tidak diperkenankan menyampaikan akal pikiran kita semata. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. HR. Ahmad Dari Ibnu Abbas berkata Rasulullah saw bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” Hadits riwayat Ath-Thabarani Pendapat ulama’ وَلاَبُدَ فِى سُلُوْكِ طَرِيْقِ الْحَقِّ مِنْ اِرْشَادِ اُسْتَاذٍ حَاذِقٍ وَتَسْلِيْكِ شَيْخٍ كَامِلٍ مُكَمَّلٍ حَتَّى تَظْهَرُ حَقِيْقَةِ التَّوْحِيْدِ بِتَغْلِيْبِ الْقَوِى الرُّحَانِيَةِ عَلَى اْلقَوِىِّ الْجِسْمَانِيَّةِ Diwajibkan bagi orang yang mencari jalan yang benar belajar agama untuk mencari seorang guru yang benar, dan di bawah arahan guru yang sempurna dan bisa menyempurnakan sehingga bisa menghantarkan kepada hakikatnya keyakinan dengan mengedepankan kekuatan ruhani mengalahkan kekuatan jasmani akal fikiran Tafsir haqqi, juz 15, hal 13 وقال الشيخ أَبُوْ عَلِىّ الدَّقَاقِ لَوْ أَنَّ رَجُلاً يُوْحَى إِلَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ لاَ يَجِيْئُ مِنْهُ مِنَ اْلأَسْرَارِ Syeh Abu Ali al-Daqoq berkata seandainya seseorang diberi petunjuk dan baginya tidak memiliki guru maka jangan berharap akan muncul baginya asror rahasia yang benar dari kebenaran ilmu tersebut. فَعَلَى قَارِئَ اْلقُرآنِ اَنْ يَأْخُذَ قِرَائَتُهُ عَلَى طَرِيْقِ التَّلَقِّى وَ اْلإِسْنَادِ عَنِ الشُّيُوْخِ اْلآخِذِيْنَ عَنْ شُيُوْخِهِمْ كَى يَصِلَ اِلَى تَأْكِدٍ مِنْ أَنَّ تِلاَوَتَهُ تُطَابِقُ مَا جَاءَ عَنِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه و سلم Bagi orang yang belajar membaca al-Qur’an disyaratkan untuk belajar cara membaca dari guru yang guru tersebut mendapat ajaran dari gurunya, agar kebenaran dari bacaan tersebut sesuai dengan apa yang di ajarkan rasulullah saw. Haqqu al-Tilawaah, hal 46 Apakah yang dimaksud dengan sanad dan sebatas manakah pentingnya sanad guru Kyai, Ulama ? Sanad adalah silsilah atau mata rantai yang menyambungkan kita dengan sebelum kita, jadi sanad adalah hubungan. Kalau secara bahasa sanad adalah sesuatu yang terkait kepada sesuatu yang lain atau sesuatu yang bertumpu pada sesuatu yang lain, tapi didalam makna ini secara istilah adalah bersambungnya ikatan bathin kita, bersambungnya ikatan perkenalan kita dengan orang lain, sebagian besar adalah guru-guru kita. Sanad ilmu / sanad guru sama pentingnya dengan sanad hadits. Sanad hadits adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan matan/ redaksi hadits dari lisan Rasulullah Sedangkan sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan penjelasan baik Al Qur’an maupun As Sunnah dari lisan Rasulullah. Demikian juga dengan sanad seorang guru agama, sama pentingnya karena sebagai pertanggung jawaban ilmu yang di ajarkan dan orisinalitas ilmu. Untuk lebih jelasnya di bawah ini kami kutip beberapa hadist Nabi saw dan pendapat Ulama’ tentang begitu pentingnya sanad. …. عن عبدَ الله بن المبارك يقول الإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ وَلَوْلاَ اْلإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ Ibnul Mubarak berkata ”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no32 Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah saw bersabda… ”Barangsiapa yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “Tiada ilmu tanpa sanad”. Al-Hafidh Imam Attsauri rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga” Al-Imam Abu Yazid Al-Bustami; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203 Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah saw. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan“ Dan sebagai penjelasan terakhir mari kita renungi bersama sama apa yang di sampaikan Habib mundzir al-Musyawa “Sanad adalah bagai rantai emas terkuat yang tak bisa diputus dunia dan akhirat, jika bergerak satu mata rantai maka bergerak seluruh mata rantai hingga ujungnya, yaitu Rasulullah saw”. “Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur, jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab itu guru tetap penting. Jadi tidak boleh hanya membaca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita sedang mendapatkan masalah”.
Tugasutama kita sebagai orangtua Membangun pondasi agama yang kokoh kepada anak – anak dengan pengenalan agama Islam sedini mungkin, mengarahkan pembelajaran dengan akidah yang lurus sesuai Al – Qur’an dan As Sunnah, pengenalan bacaan Al – Qur’an menghapal Surat – Surat pendek, Hadits nabi, mengenal siroh, tatacara ibadah, mengajarkanApakah Anda sedang mencari aplikasi belajar online gratis, jika iya? maka Anda berada di website yang tepat. Karena pada artikel kali ini kami akan membagikan aplikasi belajar online terbaik gratis tanpa biaya cocok untuk semua kalangan pelajar seperti SD, SMP, SMA, SMK, hingga lupa berdoa biar ilmunya berkah!Dengan menggunakan 9 aplikasi belajar online gratis dibawah ini kamu bisa menggunakan fitur baik gratis maupun berbayar ya! Langsung saja yuk simak!1. Rumah Belajar aplikasi belajar online dari PemerintahDepartemen Pembelajaran serta Kebudayaan Kemendikbud Republik Indonesia sudah meluncurkan aplikasi belajar online free bernama Rumah lewat aplikasi ini didukung dengan video, audio, foto, sampai animasi interaktif. Jadi, aktivitas belajar tidak hendak pula bermacam- macam fitur menarik, semacam Sumber Belajar, Laboratorium Maya, Kelas Maya, Peta Budaya, serta seTARA DARINGseTARA daring merupakan suatu aplikasi Learning Management System LMS yang dirancang buat pendidikan jarak jauh, dengan tagline- nya Belajar Kapan Saja, Dimana Learning Management System LMS, seTARA Daring sediakan kelengkapan pendidikan dari perancangan, penerapan pendidikan, hingga ke evaluasi secara pendidikan daring terbaik ini dirancang oleh Direktorat Pembinaan Pembelajaran Keaksaraan serta Kesetaraan dari Departemen Pembelajaran serta Kebudayaan Kemendikbud Republik platform online seTARA Daring, aktivitas kelas digital untuk para siswa serta guru bisa berjalan lebih gampang serta serba satu keunggulan aplikasi seTARA Daring ialah sudah tersambung serta terintegrasi dengan Sumber Belajar, sehingga guru bisa mengelola pendidikan online dengan nyaman serta Ruang GuruRuangguru ialah salah satu tutorial belajar online terlengkap di Indonesia yang sudah muncul berbasis Ruangguru sediakan bermacam- macam fitur berguna buat pendidikan daring, antara lainVideo Belajar AnimasiFitur ini membolehkan kalian menyaksikan puluhan ribu video belajar animasi yang dianjurkan oleh Master video bisa diunduh, jadi kalian dapat tonton berulang- ulang tanpa memakai kuota hanya itu diruang guru ini kamu bisa konsultasi melalui video dan kamu juga dapat mengganti background layaknya Soal serta PembahasanTerdapat lebih dari ratusan ribu soal serta ulasan dengan tingkatan kesusahan berbeda- beda, tercantum Higher Order Thinking Skills HOTS.Nantinya, hasil latihan hendak langsung keluar diiringi dengan ulasan Materi BimbelFitur ini menyajikan rangkuman menarik dari tiap modul bimbel secara visual lewat LearningDengan aplikasi Ruangguru, tiap siswa dapat melaksanakan audio call buat dialog menimpa modul dengan para guru Master Teacher.4. QuipperBicara soal tata cara pendidikan online efektif, terdapat satu aplikasi yang harus terdapat di smartphone kalian ialah Quipper aplikasi yang dibesarkan oleh pengembang Quipper Ltd ini hendak menolong kamu menguasai dengan baik seluruh modul pelajaran di modul yang dianjurkan di mari sudah disesuaikan dengan kurikulum formal dari modul itu ada dalam wujud video interaktif. Tetapi, buat memandang video itu, kalian wajib Quipper juga membolehkan kalian buat mengendalikan sendiri agenda belajar tiap minggu. Menarik sekali, bukan?5. ZeniusDalam dunia bimbingan online, Zenius dapat dibilang telah lama berkiprah. Apalagi, saat ini Zenius sudah muncul berbasis aplikasi ini sediakan bermacam fitur menarik buat belajar online, semacam Bank Soal, Tes Berbasis Pc, Analisis& Rekapitulasi, Video& Latihan Soal, serta Laporan Kelas PintarSusah menguasai pelajaran sekolah sebab metode uraian yang membosankan? Ayo, belajar asik saja di aplikasi pendidikan daring terpercaya bernama Kelas besutan PT Extramarks Education Indonesia ini membagikan pemecahan belajar lengkap secara online buat siswa SD, SMP, hingga Pintar bisa diakses tiap hari. Terdapat 3 tata cara belajar interaktif di mari, ialah Learn, Practice, serta siswa hendak diberikan uraian modul lewat video, audio, animasi, novel pelajaran online e- book, serta Google Suite for EducationGoogle Suite for Education sediakan fitur- fitur buat menolong siswa serta guru melaksanakan kegiatan belajar- mengajar di mana juga serta kapan juga, baik secara online ataupun satu fitur yang diartikan misalnya Classroom. Guru dapat membuat“ kelas” yang diiringi oleh siswa- siswanya. Dalam“ kelas” tersebut, guru dapat melaksanakan obrolan tertulis, membagikan tugas, membagikan evaluasi, apalagi streaming video.“ Google Suite for Education free serta hendak senantiasa free buat sekolah,” demikian tertulis dalam situsnya. Kamu juga dapat memanfaatkan beberapa aplikasi download video you tube tercepat dengan Google suite Microsoft Office 365 for EducationOffice 365 Education mencakup fitur Word, Excel, PowerPoint, OneNote, Microsoft Teams, plus perlengkapan ruang kelas yang layanan ini, guru serta murid dapat menghasilkan ruang kelas yang terus terkoneksi secara online. Layanan ini dapat diperoleh secara free cuma dengan memasukkan alamat email sekolah yang legal dalam halaman Microsoft Indonesia yang mangulas tentang produk Office 365 SekolahmuSekolahmu sediakan bermacam- macam modul ajar yang dapat diakses lewat aplikasi ataupun web resminya. Modul pelajaran yang disediakan sudah disusun dengan mengaitkan beberapa lembaga pembelajaran, semacam Sekolah Lazuardi, Cikal, serta Yayasan ini, Sekolahmu tengah membuka seluruh modul pelajarannya secara free bersamaan kebijakan pemerintah buat belajar dari rumah di tengah wabah corona. Dalam web Sekolahmu pula ada tahap sekolah online free dengan format live streaming lewat Youtube, dipimpin guru dari bermacam juga Tips Lulus Tes Psikotes Online, Kepribadian, Gambar Pohon, WarteggDemikianlah aplikasi belajar online gratis yang dapat kamu coba semua fiturnya secara gratis untuk kenyamanan kelas online kamu. Selamat belajar!GuruKelas Tinggi : Lihat RPP UNDUH RPP SALIN TAUTAN RPP Preview RPP ×. Halaman -dari -Prev Next. Tutup UNDUH RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini berjudul ” Cita – Citaku ” Karena belajar tanpa cita – cita bagaikan berjalan tanpa arah Ilmu adalah gedung, sedangkan kuncinya adalah bertanya, belajar agama tanpa guru seperti dibimbing oleh “setan” AKHIR-akhir ini kita sering mendengar himbauan dan saran untuk mempelajari ilmu agama hanya dengan berpedoman pada buku-buku yang dibeli tanpa perlu berkonsultasi dan dengan para ulama. Mereka juga merasa yakin dengan pemahamannya sendiri seolah menyamakan tingkat ilmu agama yang sangat rumit dan membutuhkan penjelasan dari para ulama dengan ilmu-ilmu duniawi lainnya. Kemudian ada kelompok tertentu yang merasa cukup mumpuni untuk memasuki bidang ini hanya dengan membaca buku saja. Gejala ini mengundang berbagai dampak negatif, antara lain lemahnya pemahaman dan pendalaman dalam suatu bidang ilmu dengan gambaran nyata. Hal ini karena ilmu Islam tidak hanya memuat fakta dan pernyataan, sebenarnya membutuhkan pemahaman yang jelas dari dada para ulama yang mengambil ilmu dari ulama sebelumnya hingga sampai kepada Nabi Muhammad ﷺ. Tanpa bimbingan dari para ulama atau guru, jika terjadi salah paham ketika membaca, seseorang akan terus tersesat pemahamannya dan berakibat menyesatkan orang lain. Itulah sebabnya ada pernyataan bahwa mempelajari agama sendiri dengan kitab-kitab saja tanpa bimbingan seorang ulama/guru seperti dibimbing oleh setan walaupun kebanyakan ulama menganggap pernyataan ini bukan hadits melainkan Ibnu Arabi dalam kitabnya al-Futuhat al -Makiah menganggap bahwa pernyataan ini adalah hadits. Karena masalah ini telah menjadi perdebatan, saya ingin meluangkan waktu untuk menjelaskan masalah ini. Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat bagi semua pihak. Ulama adalah pewaris para Nabi Kata ulama merupakan bentuk jamak dari akar kata alim yang berarti orang yang memiliki ilmu yang sangat dalam. Hal ini berbeda dengan kata alim yang berarti orang yang mengetahui tetapi belum tentu mengerti. Kata-kata ulama ini telah disebutkan di beberapa tempat dalam al-Quran al-Karim dan al-Hadits ﷺ baik secara langsung maupun tidak langsung, yang menunjukkan bahwa ulama adalah individu-individu terpilih yang menguasai ilmu Allah Ta’ala secara mendalam dan memiliki akhlak terpuji. Oleh karena itu, ulama yang saya maksud di sini adalah seorang ahli yang memiliki pengetahuan mendalam tentang agama Islam dengan syarat-syarat tertentu sebagai seorang ulama. Ulama adalah mereka yang mampu mengungkap dan memahami dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits ﷺ dengan sempurna. Mereka juga tidak hanya memahami dalil dan penjelasan dari para ulama masa lalu salaf, bahkan ada yang menghafal ratusan ribu hadits, ilmu yang luas dan sebagainya hingga memenuhi syarat untuk disebut sebagai ulama. Mereka selalu istiqomah dan memperoleh dengan keikhlasan yang diajarkan kepada mereka dari Nabi ﷺ. Islam telah mengakui ulama sebagai ahli waris para nabi sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ» “Siapa saja yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, Allah memperjalankannya di atas salah satu jalan surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap mereka karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada di dasar lautan. Sesungguhnya keutamaan seorang alim atas seorang abid ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang besar.” HR Abu Dawud, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, al-Hakim, al-Baihaqi dan Ibn Hibban. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan di sini bahwa ulama adalah golongan yang mendapatkan keuntungan dan kemuliaan dalam agama Islam dengan mengakui mereka sebagai ahli waris para nabi. Karena ulama memiliki tempat khusus dalam masyarakat, maka banyak kelompok tertentu yang seolah-olah mengaku setingkat dengan ulama padahal ia baru saja pada tahap awal memahami ilmu-ilmu keislaman. Kelompok inilah yang akan menghancurkan syariat agama sedikit demi sedikit daripada mengikuti ajaran para ulama yang sesungguhnya. Pentingnya belajar agama langsung dari ulama Kita sudah terbiasa mendengar suara-suara perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok tertentu yang berusaha keras merendahkan ilmu dan kemuliaan para ulama untuk menutupi kelemahan dan kesalahan yang mereka perbuat. Beberapa dari mereka bahkan ada yang berdalih, bahwa para ulama tidak maksum, ia tidak seperti Nabi ﷺ dan kemudian menyarankan bahwa tidak perlu mengikuti bimbingan para ulama untuk memahami urusan Islam. Mereka juga mengatakan bahwa dalil-dalil al-Quran al-Karim dan al-Hadits ﷺ hanya bisa langsung diambil dengan pemahaman mereka sendiri dengan hanya merujuk pada kitab-kitab tertentu. Apakah tindakan ini sesuai dengan Islam? Allah berfirman وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, Jadi sebaiknya Anda bertanya kepada ahli dzikir ulama jika Anda tidak tahu.” QS al-Nahl Ayat 43. Imam Syatibi dalam karyanya al-Muwafaqat telah menjawab pertanyaan ini dengan argumennya yang mengatakan betapa pentingnya bagi guru untuk memperdalam dan memahami sesuatu. Imam Shatibi juga mengatakan bahwa para ulama telah mengatakan “Sesungguhnya ilmu itu ada di dada guru, kemudian ilmu itu dipindahkan ke dalam kitab. Jadi kunci ilmu tetap di tangan guru.” إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” HR. Bukhari, Muslim, At-Thabrani, dan Ahmad dari empat orang sahabat. Menurut Imam Syatibi lagi, hadits ini sebagai dalil bahwa guru adalah kunci ilmu dan perlunya menuntut ilmu dari dada guru. Selain itu, bagi siswa/santri yang belum memahami sesuatu yang dipelajarinya, dapat terus meminta penjelasan kepada guru/ulama sampai semuanya jelas. Sedangkan bagi mereka yang belajar tanpa guru, pemahamannya sangat terbatas berdasarkan buku-buku yang ada di hadapannya. Bisa jadi pemahaman mereka benar dan bisa juga pemahaman mereka salah. Makna Nabi ﷺ bersabda الْعِلْمُ خَزَائِنُ وَمِفْتَاحُهَا السُّؤَال ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ويلهمه رشده “Ilmu adalah gedung/lemari, sedangkan kuncinya adalah bertanya. Barangsiapa dikehendaki Allah swt kebaikan, maka akan dipahamkan dalam agama, diilhamkan petunjukNya.” HR Bukhari Kritik belajar agama tanpa bimbingan ulama dan guru Sanggahan dan kritik menuntut ilmu tanpa bimbingan ulama/guru saya kutip dari kata-kata Syeikh Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi. Pernyataannya diambil dari kitabnya al-Sahwah al-Islamiah Baina al-Jumud Wa al-Tatarruf, beliau mengatakan “Kebanyakan dari mereka tidak bertalaqqi belajar langsung dengan ulama dan syeikh yang memiliki ilmu khusus di bidangnya. Di sisi lain, mereka hanya mempelajari halaman demi halaman buku secara langsung tanpa membuka kesempatan dan waktu untuk merujuk dan membahas apa yang akan diambil dan menolak pendapatnya untuk memungkinkan identifikasi pemahaman dan pengetahuan yang ditempatkan dalam perkuliahan di kedalaman. Ini akan disajikan dan dibahas selama masa studi. Namun sayangnya mereka hanya membaca sedikit dan berdasarkan pemahaman yang sangat sedikit mereka lalu mengeluarkan instinbath dan mengeluarkan hukum-hakam.” Barangkali mereka salah membaca, salah paham atau salah mengistinbatkan hukum, tetapi mereka tetap tidak tahu kesalahannya. Lebih lanjut beliau menambahkan “Meski orang-orang ini ikhlas, namun kenyataannya mereka lupa bahwa ilmu Syariat agama Islam dan pemahamannya perlu dirujuk kepada ahlinya yang bisa dipercaya. Memang, mereka tidak akan bisa menyebrangi lautan luas ini sendirian tanpa pemandu ulama/guru yang selalu membimbing tangan mereka. Panduan ini akan menjelaskan kepada mereka apa yang tidak jelas dan istilah-istilah yang memiliki kesamaran dan menjelaskan dari cabang ke apa yang utama dan akan menunjukkan semua kesamaran.” Di akhir penjelasannya tentang hal ini, beliau kembali menegaskan pernyataannya bahwa perlunya berguru untuk mempelajari ilmu agama “Ini mempelajari ilmu agama dengan ulama/guru inilah yang telah diambil sebagai tindakan pencegahan oleh ulama Salafus Sholeh agar menjauhi belajar ilmu dengan cara ini tanpa guru. Mereka berkata Jangan mengambil al-Qur’an al-Karim hanya dengan mushafnya dan bukankah ilmu diambil dengan hanya dari mushafnya kitab. Yang dimaksud dengan mengambil hanya dari mushaf adalah menghafal al-Qur’an al-Karim dari catatan-catatan pada mushaf tanpa berbicara mengambil dan mempelajari ilmu secara tatap muka dengan ulama/guru dengan mulut-mulut guru yang diyakini keilmuannya.” Syekh al-Qaradhawi berkata lagi dalam bukunya al-Sahwah al-Islamiyyah Min al-Murahaqah Ila al-Rusyd “Memang banyak anak muda zaman sekarang yang hanya membaca beberapa buku, khususnya ilmu hadits, kemudian merasa sudah ahli dalam ilmu, padahal belum mencicipi awalnya. Mengklaim bahwa mereka mampu berijtihad dalam urusan agama, sekaligus pengetahuan tentang bahasa Arab dan komponen-komponennya serta nahu dan sumsum tulang belakang. Jika Anda meminta mereka untuk membacakan sebuah ayat, mereka tidak akan dapat menjawabnya dengan baik. Mereka juga tidak mempelajari ilmu Ushul Fiqh! Hanya menebak dugaan apa pun yang seharusnya tahu tentang semua masalah. Hal ini menyebabkan mereka tidak cakap dalam ilmu fiqih apalagi membenamkan diri dalam lautan luas perdebatan yang akan membuat mereka semakin terampil dan mampu memahami dengan baik. Memang orang-orang ini seperti apa yang dikatakan Imam Zahabi, “Saya ingin terbang tetapi tidak ada sayap.” Bisakah langsung belajar langsung dari buku? Meski saya menyerukan menuntut ilmu agama dengan ulama/guru terpercaya, bukan berarti saya menolak sama sekali belajar melalui buku. Hanya saja pembelajaran dengan buku tanpa guru perlu diberikan perhatian tentang kebutuhannya pada suatu saat. Bagi mereka yang berada pada jenjang pendidikan awal dan menengah, maka dapat dipastikan tuntutan untuk mempelajari ilmu secara keguruan lebih diutamakan karena tidak memiliki landasan yang kokoh tentang suatu ilmu tertentu. Setelah mereka memahami dan memperdalam semua dasar-dasar yang diperlukan dengan kuat, maka mereka harus membaca buku-buku terkait untuk menambah pengetahuan mereka. Namun, jika ada hal-hal yang tidak dipahami atau ada kerancuan selama pembacaan/belajar, maka tetap diminta untuk bertanya kembali kepada ulama/guru. Bagi yang tidak berkesempatan untuk menuntut ilmu melalui pendidikan, juga diwajibkan untuk membaca buku atau mendengarkan ceramah dan juga dapat membaca di internet untuk menambah ilmunya. Namun jika ada hal-hal yang kurang dipahami, maka harus merujuk juga kepada ulama/guru terpercaya untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Hal ini dikarenakan seorang ulama/guru memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap ilmu tersebut dibandingkan dengan orang yang hanya membaca buku sebagai referensi. Oleh karena itu, keutamaan dan keunggulan sudah pasti pada mereka yang belajar ilmu agama dengan seorang guru jika dibandingkan dengan kelompok yang belajar ilmu agama tanpa belajar. Karena menuntut ilmu agama dengan menuntut ilmu merupakan jalan yang ditempuh oleh generasi Salaf dan para ulama lainnya. Sedangkan bagi yang sudah mempelajari dan menguasai semua dasar-dasar ilmu dapat membaca sendiri karena mampu memahami isi kitab berdasarkan apa yang telah dipelajari dari para ulama/guru sebelumnya. Penutup Jika agama Islam menganjurkan belajar tanpa guru, mengapa para ulama terdahulu rela merantau dan berpindah-pindah untuk menuntut ilmu pada ulama yang terpercaya alim? Padahal, mereka memiliki ratusan guru yang merupakan ulama muktabar, bukankah ini menunjukkan pentingnya mengajar dalam menuntut ilmu agama? Mungkin ada yang mengira zaman dulu tidak memiliki teknologi yang canggih seperti sekarang, karena itulah mereka hijrah untuk menuntut ilmu. Jika pernyataan ini benar, mengapa Nabi ﷺ menganjurkan umatnya untuk belajar murid dan mengajar guru? Bukankah ini menunjukkan betapa pentingnya mempelajari ilmu agama? Tidak mungkin semua anjuran Nabi ﷺ salah, apalagi tidak mengikuti perkembangan zaman, bukan? Kata Muhammad bin Sirin seorang ulama di era tabi’in sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Muslim yang ditulis oleh Imam Muslim; إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِيْنَكُمْ Sesungguhnya ilmu itu adalah agama. Maka dari itu, perhatikan dari siapa kalian mengambil agama kalian. Lihat Muqaddimah Shahih Muslim.*/Muhammad Rashidi Wahab, alumni Al-Azhar, ZkMOt4.